Mengelola Kelas Dengan Kebahagiaan


happyteacher

Bila kita tidak bahagia, maka orang-orang di sekitar kita juga akan merasakan ketidakbahagiaan kita. Maka seketika itu pula, semuanya menjadi salah, tidak menyenangkan, menyebalkan dan lain-lain. Akan selalu pihak yang bisa dikambinghitamkan untuk itu. Dan bagi GURU, kambing hitam itu bernama MURID.

Saya banyak membaca dan mengikuti workshop mengenai manajemen kelas, dengan berbagai teknik dan strategi, yang saya yakin bagus karena diajarkan oleh figur-figur yang sudah jauh lebih berpengalaman dari saya. Saya sudah mencobanya pula. Sebagian memang berhasil, dan sebagian lagi mungkin tidak produktif karena saya sendiri yang kurang lihai menerjemahkan teknik itu secara praktis.

Dan itulah kemudian masalahnya.

Kita selalu berpaling kepada hal-hal teknis semata ketika memiliki masalah dengan hubungan manusia. Kita tidak pernah mengakui bahwa yang paling mendasar dalam kualitas hubungan manusia adalah kualitas PERASAAN. Senang, sedih, jengkel, antusias, dongkol, semua adalah kualitas perasaan kita ketika berhadapan dengan realitas. Dan menghadapi manusia lain, sedikit atau banyak jumlahnya, berarti menghadapi realitas. Bagaimana kita menyikapi realitas akan mewarnai bagaimana kualitas hubungan kita dengan orang lain.

Saya belajar bahwa bagaimana orang memandang dan kemudian bersikap kepada kita sejatinya berasal dari APA YANG KITA BAGIKAN KEPADA ORANG LAIN. Kualitas perasaan yang kemudian diterjemahkan oleh sikap tubuh dan perilaku kita itulah yang membuat orang lain menanggapi secara spesifik terhadap kita. Cooley (1909) menyatakan bahwa bagaimana orang lain bersikap kepada kita adalah cerminan DIRI kita seperti anggapan mereka. Kita-lah yang sebenarnya membuat orang lain merespons kita secara spesifik.

Jadi apa yang kita bagikan kepada orang lain? DIRI kita yang (secara konsisten) galau, atau DIRI kita yang (secara konsisten) BAHAGIA?

Susahkah merasa BAHAGIA? Tidak. Sederhana saja. Ketika kita bisa mensyukuri apa saja yang belum diambil dari hidup kita, maka seharusnya tidak sulit kita merasa BAHAGIA. Merasa bahagia tidak selalu berarti kita merasa SENANG setiap waktu. Akan selalu ada hal-hal yang membuat kita sedih, jengkel, marah, tidak puas. Tapi merasakan hal-hal tersebut harusnya tidak membuat kita berhenti ber-BAHAGIA. Karena sekali lagi, BAHAGIA itu masalah KEMAUAN dan KEMAMPUAN menysukuri apa saja yang belum diambil dari hidup kita. Dan dua yang terpenting menurut hemat saya, adalah USIA dan KESEHATAN. So, berbahagialah setiap hari, karena kalau Anda masih bisa membaca tulisan saya ini, itu berarti Anda masih memiliki kedua-duanya. ARTINYA, tidak ada alasan Anda harus merasa TIDAK BAHAGIA.

Bila kita menghadapi orang lain dengan perasaan bahagia yang tulus, maka kualitas hubungan kita tersebut akan membaik. Tidak perlu banyak teknik yang harus diaplikasikan untuk membuat orang lain berada dalam getaran emosional yang sama dengan Anda. Anda BAHAGIA, mereka akan BAHAGIA. Siapapun. Termasuk murid-murid kita. Guru yang bahagia akan bisa mengendalikan diri ketika kelasnya tiba-tiba berubah atmosfirnya. Guru yang bahagia akan menebarkan aura kebahagiaan kepada murid-muridnya, sehingga tidak akan begitu sulit bagi mereka untuk MENGIKUTI ANDA. Karena pada dasarnya, orang mencari KESENANGAN (baca: KEBAHAGIAAN) dan menghindari RASA TIDAK ENAK (galau, amarah, kejengkelan, dan lain sebagainya).

Semoga gagasan saya, yang saya sampaikan dalam perasaan penuh kebahagiaan ini, membuat Anda berbahagia. Mari sama-sama berbahagia.

Serpong Utara, 31 Agustus 2016.

Leave a comment